wortel dan filosofinya

Membuka post kali ini aku akan menuliskan sebuah puisi yang sepertinya agak aneh kalau di sebut puisi, ini dia puisi berjudul: Wortel, aku suka. karya muhae. 

Wortrel, wortel, wortel. 
Setiap kali membuka mata engkau ada. 
Warna oranye hadir di hadapanku. 
Apa itu? 
Wortel lagi? 
Minumku... 
Oh jus wortel.
Baiklah aku harus meminumnya.
Makan…
Masak mie… tapi tambah wortel.
Baiklah aku akan memakanmu.
Setiap hari aku melihatmu.
Apa tak ada lagi makanan selain wortel?
Hanya ada sup, itupun sup wortel juga…
Ayolah wortel, kenapa kau menghantuiku?
Kau menyergapku dengan warna cerah, tapi sayang... rasamu tak secerah warnamu.
Tak apa wortel, baiklah… Aku rasa aku mulai menyukaimu.

***

Entah kenapa akhir-akhir ini aku lebih jarang membaca buku, baru saja beberapa hari kemarin menyelesaikan membaca buku Tangled karya Emma Chase, dan aku menyelesaikan itu selama dua minggu lebih, padahal sebelumnya aku menyelesaikan membaca buku tersebut hanya dalam waktu kurang dari tiga hari saja.

Mungkin ini semua karena gatget, gatget membuatku lupa segalanya, keseringan menatap layar, jarang baca buku, jarang bersosialisasi secara langsung, gatget dasar gatget.

Kayaknya efeknya juga terasa di mataku, tapi gak seberapa, cuma saja kalau mata kiri aku pejamkan dan hanya melihat dengan mata kanan pandangan menjadi agak buram, sementara jika aku lakukan sebaliknya pandangan masih normal. Ya gak tahu itu kenapa, aku juga gak mau ke dokter, mending makan wortel saja, konsumsi wortel.

Kemana saja aku selama ini, ternyata wortel itu rasanya enak kalau di bikin jus, jadi setiap hari aku minum jus wortel dan juga kalau makan bikin mie instan juga aku kasih wortel. Ya wortel hidup wortel. Wortel itu sehat, makanya kelinci suka makan wortel yo.

Dulu aku gak suka lihat wortel, kini aku mulai menyukainya dan mengkonsumsinya. Terkadang hidup ini memang lucu. Sama seperti aku yang benci dia tapi aku  mengharapkan dia, ini seperti ironi di balik ironi walau aku tak tahu arti ironi.


dan karena agar tidak terpaku pada layar terus terusan lebioh baik aku membaca buku saja. malam itu (24,april) aku ditemani sebuah buku tebal, segelas coklat panas, dan musik dari acara pencarian bakat di televisi, percayalah tiada yang lebih damai daripada ini.
tapi sayangnya kedamaian itu terusik oleh adanya anak kucing liar tanpa induk yang sejak kemarin malam mengeong terus-terusan.
Oh ayolah kucing, apa kau tidak bisa diam dan membuat orang di sekitarmu merasakan ketenagan?
Karena aku terusik oleh suaranya dan aku menyukai binatang berbulu ini, maka aku mencarinya dan mengambilnya, aku taruh di dekatku dan aku lanjut membaca buku lagi.
untuk sesaat anak kucing itu sudah terlihat tenang dan tidak mengeong lagi dan tidur di dekatku. Tapi ketika aku pergi meninggalkanya sejenak dia mengeong lagi dan pergi entah kemana. Aku malas mengambilnya keluar rumah lagi.
Dari situ aku menyimpulkan, anak kucing itu sebenarnya hanya membutuhkan teman, dia tidak mau tidur kedinginan di luar sana.
Kasihan sekali anak kucing itu di buang oleh induknya, induknya entah kemana, aku tidak tahu. Tapi setidaknya Ä·etika aku menulis ini suara eongan anak kucing itu sudah tidak terdengar lagi, mungkin anak kucing itu sudah menemukan spot hangat untuk melewati malam itu.
post ini gak nyambung, berawal dari wortel kenapa bisa sampai seekor anak kucing, ah entahlah mungkin inilah filosofi wortel, dimana kau akan menemukan warna orange yang membuat duniamu cerah secerah pandangan matamu.

Komentar

  1. Judul postingannya asik banget, Filosofi Wortel.
    Eh iya, itu di belakang jus wortel "Rindu"nya Tere Liye kan? Aku masih belum sempat baca sampai sekarang, hiks. Kamu udah selesai bacanya?

    BalasHapus
  2. judulnya boleh juga menarik penasaran

    BalasHapus
  3. Wortel memang keren, Kelinci yang maniak wortel matanya sehat dan belum pernah ditemukan kelinci yang pake kacamata :D

    BalasHapus
  4. okesip terima kasih mas muhae.
    menarik artikelnya,dapat ilmu baru hehehe

    BalasHapus
  5. oren oren oren
    itulah yang membuatku tertarik pada wortel, ngahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. haha aku juga, cerah dan sebenarnya gak enak rasanya

      Hapus
  6. Dalam hari bilang, ini post kok jd nyambung, ke kucing, yaa. Eh, trnyata yg nulis sadar juga. Hahaaa

    BalasHapus
  7. Wortel dan filosofinya, judulnya keren mas, bikin tertarik mau baca dan ternyata dalamnya pun mantap hehe, salam kenal, senang bisa blogwalking disini :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya silakan cek postingan lainya juga :)

      Hapus
  8. Aku ngga sukak wortel. Menurut ku rasanya enggak enak ._.

    BalasHapus
    Balasan
    1. yang penting warnaya cerah, gak usah dirasakan langsung aja di telan

      Hapus

Posting Komentar

"Berkomentarlah." begitu kata Jackh Linborginh