Filosofi wifi

Dijaman sekarang, hampir setiap tempat pasti ada yang namanya wifi dan colokan. Di taman, kape, warung, angkringan, dan juga di wc umum.

Memang, kalau yang di wc umum memang belum ada, tapi tidak menutup kemungkinan demi “ke-enjoy-an” pengguna wc umum agar lebih menikmati proses poopnya, akan di berikan wifi gratis. Jadi kalau begitu mungkin orang-orang tidak akan keberatan jika harus membayar untuk memakai wc umum.

Tetapi kalau di wc umum benar-benar ada wifi gratis, maka orang-orang mungkin akan menghabiskan berjam-jam di wc dengan laptopnya, dan itu akan mengakibatkan antrian di wc umum akan menjadi panjang, dan mungkin kalau ada yang gak betah, akan poop dijalan. Itulah salah satu efek dari wifi gratis

Jadi, beberapa hari kemarin saya ke tempat dimana para anak muda seusia gue nongkrong, dan pastinya ada wifi gratisnya, dan pastinya murah juga.

Karena ini bukan kafe mewah, hanya sebuah ya warung kopi yang di buat agak sedikit keren agar anak muda betah nongkrong disana.

Dan gue duduk, sementara temen gue Huda pergi kearah orang yang buat kopi, setelah bercakap-cakap sedikit Huda kembali dan duduk di depan gue.

Dan gue tanya “pasword wifinya apa?” Karena gue gak tahu, baru pertama kali ke tempat ini.

O iya, sebenarnya ngapain sih ngasih wifi gratis pake pasword segala.

Balik lagi. “Gak tahu” jawab Huda dan di pergi ke orang-gendut-berbaju-putih yang kayaknya pemilik warung ini.

Dan si pembuat kopi tadi mengantarkan kopinya kemeja kami, dia tersenyum dengan senyuman aneh, lebih tepatnya dia seperti menahan tawa yang hampir lepas, dan gue menelan ludah, agak jijik. Gue kayaknya pernah lihat orang itu, tapi gue agak lupa, seketika mencoba mengingatnya.

Setelah itu Huda kembali lagi. Dan berkata “paswordnya ‘selamat datang’ ”

Di nyoba, gak bisa.
Gue nyoba, gak bisa.
Huda nyoba lagi, gak bisa.
Gue nyoba lagi tetap gak bisa.

Gue menyimpulkan kalau orang-gendut-berbaju-putih itu bohong.

Setelah itu,karena terus-terusan gak bisa, waktu si-orang-yang-sepertinya-menahan-senyum-aneh itu lewat nganterin kopi ke seseorang di meja samping gue.

Terus gue tanya “Mas pasword wifinya apa ya?”
Dan tiba-tiba dia malah tertawa “HAHAHA” beneran sebenernya dia dari tadi menahan tawa, “Kamu Men, kan?” Tanyanya.
“Hah?, enggak” gue bohong.
“Gimana kabarmu?, lama gak ketemu?”

Dia mengajak gue salaman, dan gue taruh tangan gue di tanganya dia menggoyangkanya layaknya orang salaman, dan secara tidak sengaja langsung menyenggol cangkir hingga mengakibatkan kopi gue tumpah.
“TIDAKKKKKKKK KENAPA? KENAPA?” gue teriak histeris melihat kopi tumpah yang mengalir indah kebawah.

“Hahaha” dia masih tertawa dan gue juga tertawa.
“Eh gak pernah kelihatan kemana?”
“Nyepi”
“Haha”
“ini pasword wifinya apa?”
“Welcome” jawabnya.
Terus di coba Huda “Gak bisa”.
“Sini-sini” orang itu ngetik-ngetik dan bisa.

Terus dia pergi ngambil serbet dan buatin gue kopi lagi. Orang itu tanya gue kerja apa, gue jawab aja udah dua bulan nganngur, sekarang gak kerja, dia malah nyuruh gue jadi pesulap saja, padahal sebenarnya lebih baik gue jadi tukang hipnotis saja, atau bajak laut saja.

Dia gue suruh duduk dan ngobrol gak mau, ya emang sih kan dia kerja. Oh iya satu lagi, gue lupa sebenernya namanya siapa.

Jadi intinya, sebenarnya orang yang ngasih wifi gratis itu gak rela, mereka cuma mau ngasih paswordnya buat yang udah kenal saja.

Kehidupan itu seperti pasword wifi yang gak kita ketahui, masa depan akan terus terkunci dan menjadi misteri. Tiba-tiba ketemu teman lama, tiba-tiba kebelet boker, seperti ketika menulis ini. Gue jadi pengen bangun toilet mewah dengan fasilitas serba ada biar betah tidur di wc. Gagasan gila

jadi ini dia rancangan toilet dengan wifi gratis

Ini apa sih kok jadi aneh, gak nyambung gini?