tolong keluarkan aku dari penderitaan

Apakah kau kira menganggur itu enak?

Tentu saja tidak.

Kau akan merasakan hal yang di namakan kesepian, walaupun orang juga butuh waktu untuk menyendiri, tapi kalau kau kesepian itu berbeda. Benar-benar berbeda.

Aku menulis ini bukan karena aku bangga menjadi pengangguran, oh ayolah, mana ada orang yang suka menganggur. sungguh sebenarnya aku ingin bekerja, tapi hanya saja sulit mendapatkan pekerjaan.

Sebenarnya aku tak sepenuhnya pengangguran, terkadang aku juga kerja tapi gak selalu. Terkadang membantu orang tua, tapi terkadang juga tidak, terkadang aku menulis novel, terkadang juga tidak, walau sampai saat ini novelku belum selesai, ya kau tahu itu tak mudah.

Kalau kau menganggur, kau akan merasa seperti orang tak berguna, karena kau bisa saja tidak melakukan apapun selama seharian penuh. Terkadang kau juga tidak punya teman.

Karena saking lamanya aku menganggur. Ayahku bertanya kepadaku.

Selepas magrib ia mendatangiku, dengan nada seorang ayah ia berkata.

"Apakah kau ingin sekolah lagi, Nak?"

Tentu saja ingin, andai saja dulu aku memilih melanjutkan kuliahku saja, aku tidak akan seperti ini, sayang sekali dulu sepertinya aku terlalu nakal dan bandel, dan aku juga tidak menurut apa kata orang tuaku, aku lebih memilih menuruti egoku saja.

Beginilah penyesalan, selalu datang belakangan.

Tapi, ayahku sepertinya terlambat bertanya seperti itu, karena sepertinya semua pendaftaran kuliah sudah tutup.

Ya, akhirnya aku hanya bisa bilang "terlambat"

Dan ayahku bertanya lagi padaku "Apakah kau mau nikah saja?"

Damn it, tentu saja tidak, menurutku aku masih terlalu muda untuk berfikir tentang rumah tangga, jadi aku menjawab "tidak, aku tidak akan menikah sebelum menyelesaikan S3" tentu saja aku tidak serius, dan jika aku kuliah nanti mungkin aku hanya akan menyelesaikan S1.

Jadi, beliau bertanya lagi, "Apakah mau mondok, ikut Dona?"

Oh ayolah, ikut modok Dona? Satu pesantren dengan Dona? Aku rasa ayahku bercanda.

Dora di rumah saja sudah membuatku pusing--kau harus membacanya disini jika kau ingin tahu, apalagi jika aku bertemu denganya setiap hari di pesantren.

"Mondok di Gontor aku mau, atau sekalian saja di Arab"

"Gontor putri?" Kata ayahku, tapi sepertinya nadanya agak bertanya, dan saat itu aku yakin dia benar-benar sedang mengajakku bercanda. Dan aku rasa waktunya tidak tepat.

Apakah mungkin, seorang ayah menyuruh anak laki-lakinya mondok di pesantren putri? Ya, mungkin saja kalau itu ayahku. Aku akan bahagia, jika aku satu-satunya santri laki-laki yang diperbolehkan berpakaian laki-laki disana, karena itu artinya kesempatanku populer dan mendapat jodoh disana adalah 99%. Ya, semuanya kan wanita, tapi aku akan sangat malu jika aku di haruskan memakai hijab, percayalah, itu tidak lucu.

Jawabanya, tentu saja tidak, anak laki-laki mana yang mau mondok di pesantren khusus perempuan, enggak ada, kan?

Lagipula... Ayolah, ini aku bukanya malah jadi pintar, tapi akan jadi eror.

Baiklah, kita lupakan hal tadi.

Oke, aku mulai serius.

Tapi, mulai saat ini sepertinya aku akan menuruti apa kata orang tuaku, tapi tidak dengan saran yang terakhir tadi.

Jadi, untuk kau yang sedang berada dikelas tiga, lebih baik kau menuruti apa kata orang tuamu, sebelum kau menyesal, kalau orang tuamu menyuruhmu kuliah, atau menyuruhmu mendaftar ke angkatan bersenjata, atau apapun itu, patuhilah, dia tahu yang terbaik untukmu, dia ingin kamu bahagia.

Sekian kali ini, semoga kau sehat.

Komentar

  1. kalo mua bebas pilih aja universitas swasta yang kela skaryawan. biasanya mau aja tuh menerimma. pilih yang sabtu mminggu sisanyakan bisa blog dan cari kerjaan tuh.
    menurt saya sih mending sekolah dulu

    BalasHapus
  2. mungkin ayah mendatangin mas buat menghibur mas, mungkin ayah mas ngeliat mas ga ngapain" selama seharian, jadi sebagai ayah apa salahnya menghibur anaknya :). menurut saya si gitu :D. semua orang juga ga ada yang mau ngaggur mas :D

    BalasHapus
  3. Kerja Freelance aja, mas. Siapa tahu cocok :-D

    BalasHapus
  4. peluang kerja itu banyak kok mas, asal kita mampu melihatnya dengan jernih :)

    BalasHapus
  5. Kalau saran saya bulatkan dulu keinginan jangan terlalu banyak pilihan biar fokus. :)

    BalasHapus
  6. kalo menur saya mas mending sekolah dulu nanti baru kerja. biar enak jabatannya juga beda nanti

    BalasHapus
    Balasan
    1. tak semua bisa sekolah tinggi dapat ilmu banyak dan nanti kerjaan bakal ngikuti

      Hapus
  7. Waaahhhh muhai kamu mesti mendapatkan apresiasi nih ya.. bagus muhai, baru kali ini saya baca kisah tentang seorang pengangguran ya.. hehehehehehehe :) dan itu jawaban waktu ditanya mau nikah saja kamu? haha belum mau nikah ya kalo belum S3 hahahahahaha saya juga pernah ngalamin nganggur sambil menulis muhai... lanjutkan menulisnya muhai ya walaupun tak mudah ya hahahahaha... Semangat!!! :) Siiip ya nih.. :)

    BalasHapus
  8. Hayooo. Masa-masa ini emang masa kritis ya. Tentuin masa depan mau ke mana. Tapi seruuu. \:p/

    BalasHapus
  9. Jadi pengangguran itu enak kok Man, asal dompet gak kosong hahaha :D

    BalasHapus
  10. Hampir sama nih, saya juga pengangguran. Gak enak banget emang. :(

    BalasHapus
  11. Pukpuk,, :)
    belum ada kata terlambat. Tahun depan kamu masih bisa nyoba kuliah lagi kok.
    Mau mondok di pesantren putri? Hhehee

    BalasHapus

Posting Komentar

"Berkomentarlah." begitu kata Jackh Linborginh