Tentang Bokong yang Hampir Pecah dan Bagaimana Keluar Dari Ilusi

Aku tak tahu bagaimana aku bisa di dalam kereta yang tengah melaju kencang, seingatku aku belum beli tiket sebelumnya, dan yang aku maksud kereta bukanlah kereta api yang biasa kau temui di Indonesia, ini adalah kereta uap, melaju di tengah padang pasir, di atas rel tentunya. Lihatlah sekitar hanya tanah gersang berwarna kuning, atau mungkin lebih tepat di bilang pasir, dan kadang dari jendela kereta aku melihat kaktus dan kadang juga muncul bebatuan yang besar dan bentuknya aneh-aneh, aku duduk di sebuah gerbong, bersama dengan orang lain, tapi satu hal yang aku tak tahu kenapa aku bisa duduk dengan orang aneh ini, lihatlah makhluk disampingku, badannya besar dan dia tertidur dengan suara aneh yang keluar dari mulutnya bersamaan bau busuk yang sepertinya memperlancar tidurnya.

Kereta masih melaju dengan kencangnya, dan tiba-tiba terdengar suara teriakan yang menghebohkan, semua berlarian kearah gerbong belakang, aku mencoba bertanya kepada orang yang panik, tapi percayalah itu sulit, semua semakin heboh dan mencoba menyelamatkan diri, entah dari apa aku tak tahu, tapi sepertinya aku harus ikutan, nah aku bilang apa tadi, ini sudah sangat ribut, orang di sampingku masih tertidur dengan santai, sebaiknya aku biarkan saja dia, entah apa yang akan terjadi padanya.

Kau harap aku berlari heboh seperti yang lain? Aku rasa tidak, aku lari santai, maksudku untuk apa kau berlari dari sesuatu yang tidak kau ketahui? Tepat, tak ada gunanya. Tapi entah kenapa aku melakukannya.

Sembari lari aku bertanya "hei apa yang terjadi, kenapa semua lari kebelakang?"

"Apa?" Kata seorang laki-laki yang aku tanyai.

Aku mengulangi pertanyaanku lagi.

"Ada bom di gerbong bagaian depan, dan menurut timer yang ada di bom itu bomnya akan meledak sebentar lagi." Katanya dengan suara keras dan masih berlari.

Aku tak tahu harus panik atau apa, kalau semua lari kebelakang, itu artinya gerbong belakang juga sudah penuh, dan jika gerbong pertama meledak semua gerbong pasti akan mengalami kecelakaan juga, sama saja, kan? Jadi entahlah. Aku berhenti berlari dan kembali ke gerbongku, gerbong paling depan, dimana bom itu berada.

Aku akan mencoba menjinakkan bom itu sampai jinak sejinak anjingku... andai aku punya anjing. Dan sepertinya aku juga harus membangunkan orang tadi, karena akan tambah berbahaya jika dia ikutan meledak. Mungkin akan ada berita dengan headline, Kereta Uap Diledakkan Dengan Bom Bau. Percayalah, itu tidak lucu.

Tapi baru akan berjalan, tiba-tiba terdengar suara ledakan dari sudut depan gerbong suara yang membuat telingaku sakit, apalagi ditambah suara roda yang bergesekan dengan rel kereta, sungguh mengganggu, dan kau tahu apa? Aku langsung panik, aku menutup mataku, serta kupingku, aku akan mati, begitu sepertinya, lari percuma, ledakan itu merambat, aku akan mati, dan tiba-tiba aku sadar, terbesit pertanyaan di pikiranku, bagaimana aku bisa di tempat ini? Sepertinya ini hanya ilusi, ini hanya mimpi, ini hanya ilusi, aku gumamkan terus kata-kata itu dan aku mendekat kearah ledakan, kearah kobaran api yang terlihat menari-nari, aku hadapi api itu, aku membuka mataku...

Aku terbangun dari mimpiku.

Aku harap kau tak marah padaku, ha,ha,ha, maaf jika kau mengira aku akan menceritakan aksi atau apalah, sudahlah, aku benar-benar bermimpi seperti itu kemarin, tapi tidak begitu juga sih, karena itu tentu fiksi, maksudku tidak mungkin kan seseorang benar-benar mengingat mimpinya dengan jelas, jadi itu fiksi, tapi tentang ledakan dan suara yang memekikan telinga itu benar, jadi aku tambahi, kan gak enak kalau aku langsung tulis seperti ini: "tiba-tiba meledak dan aku sadar, tamat." Jadi aku menambahkan sedikit bumbu kebohongan, bisa di bilang semi-fiksi, tapi karena ini hanya mimpi jadinya fantasi-semi-fiksi, atau mimpi-semi-fiksi, oh sudahlah terserah.

Terlepas dari itu semua, aku benar-benar takut saat mimpi ledakan itu, sampai aku sadar kalau itu hanyalah mimpi, hanyalah ilusi, sebuah bunga tidur belaka, dan setelah menyadari itu, aku langsung santai tapi terbangun dengan tidak santai, karena masih kaget.

Ini mengingatkanku pada film Divergent, kau tahu film itu sangat keren (pasti novelnya juga, sayang sekali aku belum baca), disitu Beautrice 'Tris' Prior bisa keluar dari ilusi ketakutannya saat dia menyadari kalau hal yang di alami hanyalah sekedar ilusi belaka.

Benar-benar mudah, kan. Tapi pertanyaanya adalah bagaimana kita tahu kalau itu tidak nyata. Aku tidak paham akan hal ini, aku tidak tahu bagaimana caranya, tapi aku tahu begitu saja, aku sadar begitu saja kalau itu hanyalah ilusi, kau tahu apa artinya? Aku adalah seorang Divergent.

Ya sekali lagi aku katakan aku adalah seorang Divergent.

Kalau di masyarakat kita di bagi kedalam lima faksi seperti dalam fiksi Divergent, mungkin aku akan memilih faksi Dauntless, seorang Divergent sepertiku pasti tidak pantas berada disana, tapi aku akan berusaha memantaskan diri untuk menjadi Dauntless.

Selain seorang Divergent aku juga seorang pemberani, contohnya saja dulu aku takut sekali saat ingin kencing malam hari, saat aku harus pergi ke kamar mandi waktu malam hari sendirian, tapi sekarang aku sudah tidak takut, aku sudah berani. Keren, kan?

Aksi-aksi yang dilakukan faksi Dauntless sangatlah keren, mereka meloncat dari kereta api, terjun dari gedung bertingkat, pokoknya sangat menantang, dan asal kau tahu saja waktu kecil dulu aku sudah pernah terjun dari ketinggian sekitar sepuluh meter... atau kurang, tapi setidaknya itu cukup tinggi untuk mematahkan tulangmu.

Mungkin kau mengira aku melakukan percobaan bunuh diri karena frustasi tidak bisa move on, tapi sayang sekali kau salah, aku memang sengaja terjun tapi bukan karena bunuh diri, karena saat itu bermain dengan teman-teman, kau tahu lah masa kecil.

Kami loncat dari tebing atau apalah itu, kemudian mendarat dengan sangar menggunakan kedua kaki kita, dan jika kau mengira kalau di bawah ada airnya, aku akan mengatakan kalau dugaanmu keliru, di bawah hanya ada tanah datar, ya datar tanpa semak-semak atau sejenisnya, hanya rumput hijau tak bertuan saja. teman-temanku terjun dan kemudian naik ke tebing lagi, dan kemudian terjun lagi, aku juga mengulangnya beberapa kali.

Sampai entah ke berapa kalinya, aku merasakan akan ada bahaya, saat meloncat aku memikirkan apa ya? Kemudian aku salah mendarat, aku mendarat dengan bokongku lebih dulu dan rasanya sangat sakit aku sempat terdiam dengan tatapan kosong kedepan merasakan sakit yang menyiksa bokongku, aku mengira kalau aku telah memecahkan bokongku, tapi ternyata tidak, setelah sekitar satu menit merintih kesakitan aku sudah berdiri lagi, tapi punggungku juga terasa sakit.

Sayang sekali teman-temanku sepertinya tidak ada yang tahu apa yang aku alami saat itu.

Tak apa, setidaknya aku tidak memecahkan bokongku, itulah yang aku pikirkan saat itu, dan kemudian aku ikut melompat lagi.

Jadi, secara tidak langsung itu artinya aku sudah melakukan salah satu inisiasi Dauntless, kalau aku diharuskan melakukan inisiasi terjun dari gedung bertingkat dan mendarat di atas jaring, sepertinya aku tidak sabar untuk itu.

Ada satu hal yang ingin aku lakukan seperti kaum Dauntless, dan itu belum aku lakukan, butuh keberanian untuk itu, aku ingin melompat keluar masuk kedalam kereta yang tengah melaju. Ya, aku rasa ini ide yang buruk, karena  kereta yang ada disini sangtlah berbeda dengan kereta yang ada di dunia Divergent.

Oke aku tidak suka menulis di blog terlalu panjang, maka sebaiknya aku akhiri ini dengan catatan: sepertinya aku harus menunggu ada diskon untuk membeli karya Veronica Roth.

Aku harus mencari tiket kereta untuk melompat keluar, agar aku diakui sebagai Dauntless. Percayalah, aku tak sebodoh itu... tapi aku akan langsung meloncat ke dalam kereta yang tengah melaju tanpa membeli tiket. Mungkin.


... dan mereka hidup bahagia selamanya.

Komentar

  1. untung bkoknya dulu yah gak kepalanya.
    makin ke bawah malah gak ngerti aku.. *kurang fokus atau malah gagal.

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya aku sangat beruntung aku juga sama tak mengertinya

      Hapus
  2. yah kirain beneran, udah tegang2 bacanya

    BalasHapus
    Balasan
    1. ini bukan cerita ssex aku harap tidak ada yang tegang

      Hapus
  3. Wkkwk asem, udah mau dramatis -_- ternyata mimpi -_- kan kampret wkwkw :D

    Itu untung bokongnya nggak pecah, mendarat pake bokong duluan wkwkwk geeeer :D

    BalasHapus
  4. penuh fiction deh... hahaha, endingnya membuat otak cidera..

    BalasHapus
    Balasan
    1. tidak juga, mungkin otaakmuyang ciderea, ataau mjungkin utaak ku

      Hapus
  5. Mungkin kamu lucid dreamer. :))

    BalasHapus
  6. Iyaa entar headlinenya bisa lucu tuh Muhai,,, kereta uap diledakkan dengan bom kentut.. wkwkwkwkwkwkwkw :) Yah ini mungkin disebutnya fantasi mimpi ilusi tapi santai... hehehehehehehe :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya begitulah, kapan ya ada headline berita gitu?

      Hapus
  7. Wah...wahh..udah kebawa suasana ternyata cuma mimpi..fuuuh,fuuh,fuuuh

    BalasHapus
  8. Sialan, kirain bakal ada adegan-adegan keren'a gitu jinakin bom, trus nyelamatin penumpang kereta =_-

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahah itu kan udah umum, aku inngin yang beda

      Hapus
  9. ceritanya bikin aku mimisan.... bahahahhahaha

    BalasHapus
  10. Mimpimu dramatis aku jadi bayangkan keretanya meledak beneran kayak di film film gitu.. harusnya dalem kereta sebelum meledak adegan ricuh baku tembak gitu lebih keren...hehehe

    BalasHapus
  11. wah pinter bikin cerita fiksi ya,...kalah deh ikye :D hehehe

    BalasHapus
  12. Tolong, otak gue tiba-tiba kram baca endingnya -_-
    Coba kalau bokong duluan, duh nyerinya kek gimana coba -_-

    BalasHapus
  13. Sekalipun disini ada kereta kaya difilm divergent, gue masih berpikir seribu kali buat lonpat, maklum belum kawin soalnya
    *bhay*

    BalasHapus

Posting Komentar

"Berkomentarlah." begitu kata Jackh Linborginh