Tentang Melamar Kerja dan Dia
Jam
1 siang aku rasa cukup siang untuk pergi ke kantor, sebuah kantor yang jaraknya
cukup dekat dengan rumahku, mungkin sekitar 6 km, makannya aku berani berangkat
pukul segitu, ya walaupun aku juga belum tahu tempat sebenarnya, tapi temanku
yang ada di depanku sedang fokus memegang kemudi aku rasa tahu.
Jam
satu datang untuk melamar kerja, aku
rasa itu juga cukup bodoh, cukup untuk menandakan ketidak seriusanku, apalagi
melihat pakaian yang kita kenakan, celana jeans hitam dan kemeja biasa, serta
sandal, sangat tidak serius dan sangat tidak meyakinkan, bukan? Seharusnya
tadinya kami akan berangkat pagi, tapi karena hujan akhirnya tertunda, jadi aku
lebih baik berangkat pukul segitu kan
dari pada besoknya lagi, karena besoknya ada hal yang lain yang harus aku
lakukan.
Aku
kesana ingin melamar pekerjaan, entah pekerjaan apa tepatnya aku gak tahu, aku
mendapat informasi ini dari kantor pos, marketing gitu tulisannya, itu artinya
sales, dan aku tidak cukup pandai untuk berbicara merayu pembeli hingga membeli
dagangan, aku tidak pernah melakukan itu sebelumnya, kecuali jika sales online
di hitung.
Aku
sampai ke tempat yang aku tuju, ada sebuah kotak besar milik PLN di depan
kantor itu, dan yang aku maksud kantor di sini adalah sebuah rumah tembok biasa
di pinggir jalan dengan cat hijau serta sebuah banner besar terpampang di depan
terasnya, hanya banner itulah yang menandakan kalau ini bukanlah rumah.
Posisinya sendiri agak menjorok ke dalam, kalau sedang lewat saja mungkin kau
tak akan melihatnya karena di kiri kanan ada toko yang menghalangi.
Hanya
ada sebuah skuter matic berwarna merah disana, terparkir sembarangan tepat di
depan pintu kayu berwarna cokelat dan tidak ada aktifitas yang menandakan kalau
ini adalah sebuah tempat kerja atau semacamnya, temanku memarkirkan sepeda
motornya di halaman depan, dan dia merapikan bajunya, aku menunggunya, aku
membiarkan pakaianku berantakan.
"Ayo,
masuk," ajaknya.
"Kau
duluan."
Ia
berjalan beberapa langkah kemudian balik "bentar," ia melepas helm
yang masih dipakai dan menaruhnya di motor. Aku kira dia akan memakai helm itu
masuk ke dalam, dengan alasan takut adanya maling atau takut wajahnya terekam
cctv, walaupun aku tidak tahu apakah ada cctv di sana dan untuk apa takut cctv, tapi kalau di
benar-benar memakainya tadi, itu pasti akan terlihat gila, bayangkan saja orang
berkemeja rapi yang membawa map dan memakai helm, pasti akan terlihat sebagai orang yang ingin merampok dengan cara amatir.
"Kau
duluan." Kataku lagi.
Dia
berjalan lagi, aku di belakangnya, ia menengok ke dalam seperti maling, dan
kemudian bertanya apakah ini kantor yang benar, pertanyaan semacam itu sungguh
lucu karena sudah terlihat jelas sekali banner di depan sama dengan yang ada di
pengumuman di kantor pos, dan entah berapa banyak orang yang seperti ini, aku rasa
aku juga termasuk.
"Iya,"
kata seorang cewek yang duduk di balik meja, masih muda, mungkin seumuranku
"silakan masuk."
Kami
masuk kemudian mengutarakan maksud dan tujuan kami yang sesungguhnya tanpa di
rekayasa, kami disuruh mengeluarkan amplop yang berisi surat lamaran, kemudian wanita berjilbab biru
itu berkata "ini sebenarnya sudah ditutup Januari lalu lho."
"Yaudah
mbak kita mau pulang." Kataku.
Temanku
melihat kearahku.
Mbak
di balik meja mendongak "tapi enggakpapa kok," katanya "eh
silakan duduk."
Ada
empat kursi disana di yang saling berhadapan, temanku duduk di kursi yang
paling dekat dengan Mbak itu, aku duduk di sampingnya, kami ditanyai macam-macam
kenapa sampai terlambat, rumah dan lain-lain.
Aku
memperhatikan wanita itu begitu cantik bak bidadari, atau mungkin sebenarnya
aku bisa menggambarkannya lebih detail, tapi aku ragu, menurutku cantiknya tak
bisa di jelaskan dengan kata-kata, tapi entah kenapa aku bisa menulisnya,
entahlah, mungkin aku gila dibuatnya. Aku memperhatikan caranya ngomong tapi
tidak tahu dengan apa yang ia katakan sangat lancar seolah-olah dia dilahirkan
untuk melakukan pekerjaan ini, aku memandanginya selalu selagi ia memeriksa
berkas yang kami bawa, hingga akhirnya aku tahu ada yang janggal dari cewek
ini, dia memakai jilbab tapi lengannya terpampang jelas, putih mulus seperti wajahnya, mungkin dia hanya memakai singlet atau tanktop atau apalah itu
semacamnya. Benar aku melihatnya sendiri dengan mata kepalaku, dan ia berusaha
menutupinya dengan jilbabnya yang lebar.
Aku
tahu kedatanganku dan temanku sepertinya mengusiknya yang sedang bersantai,
sehingga dia belum siap memakai pakaian yang seharusnya, mungkin begitu. Selalu
berfikir positif.
Akhirnya
kami di usir, seharusnya aku ingin tanya lebih banyak tapi aku tahu sepertinya
dia risih karena tidak memakai pakaian yang seharusnya, sepertinya dia juga
tahu aku sedang memperhatikannya, bukan apa yang dia katakan, tapi tentu saja
aku hanya mengagumi kecantikannya, tidak lebih, aku hanya memperhatikan
wajahnya, tidak dengan yang lainnya... Ah sudahlah... Ya, sebenarnya kami tak
di usir secara langsung, kami hanya disuruh kembali hari berikutnya jam tujuh
pagi untuk mengikuti wawancara dengan memakai kemeja serta celana panjang dan
baju di masukkan serta harus memakai ikat pinggang dan sepatu mengkilat, aku
tahu kami dituntut untuk berpenampilan menarik, sehingga aku langsung
membayangkan dengan memakai pakaian yang disuruh serta menambahkan pomade di
rambutku kemudian aku belah dua, aku yakin aku seperti seseorang yang muncul
dari masa lalu.
Di
hari berikutnya coba tebak apa yang terjadi, apakah kami datang kesana? Apakah
kami berpenampilan menarik? Tidak, ya kami memutuskan tidak kesana, temanku
yang tidak kesana karena curiga kalau itu semacam penipuan atau semacamnya, aku
ikut saja dia untuk tidak datang kesana, tapi bukan karena hal yang sama, tapi
karena aku takut berpenampilan jadul dengan baju masuk serta rambut dibelah dua,
apalagi aku tak punya ikat pinggang.
Sebenarnya,
sebagian dariku ingin kesana untuk bertemu cewek itu sekali lagi, ngobrol lebih
dalam tentang kita berdua dan bukan pekerjaan, aku yakin ini gagasan
terbodohku. Bahkan kami belum kenal dia. Mungkin dia tahu namaku dari surat
lamaran kerja itu, tapi aku tak tahu namanya, aku berharap dia menghubungiku
dengan nomor yang ada di dokumen itu, tapi harapan bodohku tak kunjung jadi nyata,
jadi selamat tinggal Gadis Tanpa Nama.
Aku
tahu cewek itu memakai jilbab dan hanya memakai pakaian tak berlengan bukan
karena dia nakal atau semacamnya, dia mungkin hanya kegerahan dan karena tidak
ada orang dia melepaskan jaketnya di kantor itu sendirian, aku tahu itu karena
pas aku lewat sana
beberapa jam setelah itu, cewek itu berjalan ke toko memakai jaket entah
membeli apa.
Mungkin
itu ya yang dimaksud cinta pandangan pertama, tapi sayangnya itu semua sia-sia
kalau tak ada pandangan berikutnya, perjumpaan berikutnya, aku berharap bisa
bertemu dengannya lagi. Dan asal kau tahu saja, gadis itulah yang membuatku
membuat puisi bodoh kemarin. Aku menyebutnya Gadis Rembulan.
Aku dan dia hidup bahagia selamanya.
Set berangkat kerja pake sendal
BalasHapusApa ini tren nyari kerja tahun ini?
Saya belom pernah ngelamar kerja pake sandal
Kalo siang2 sering
.
Orang mah kenalan sb
Siapa tw dia jomblo
Oh iya stu lagi
Orang mah fto sob
Sayakan jadi penasaran dengan bentuk dan rupa si gadis manis tersebut
aku berusaha terlihat sederhana, ya mugnkin saja jika orang-orangmengikutiku, ini akan menjaadi sebuh teren. . . . . haha tidak sempat melakukan hal seperti itu karena saking terpesonanya haha
Hapuswitwiw
HapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusNyari kerja eehh ketemunya jodoh.. Hahahaa..
BalasHapusPantesan kemarin puisinya kayak orang lagi jatuh cinta gitchuu... ternyata gini toh ceritanya.. Hehehe
hahha enggak jodoh juga kok...siapa tahu ini bukan jodoh, mungkin itu alam bawah sadar yang bikin puisi, makasih
Hapuswkwkwkk lucky banget duh cari kerja, eh, dapet jodoh :D
BalasHapusapa? jodoh? aneh, bukan jodoh pea
HapusWitwiw... Oh ini toh ya maksud yang cinta pada pandangan pertama itu ya Muhai... witwiw... :)
BalasHapusya mungkin begitulah kak diar hahaha
Hapusjadi, faliing in love at first sight toh. ya sudah lah, semoga lain kali si gadis rembulan itu menampakkan dirinya lagi.
BalasHapushhaha yeah amin
Hapusoh, judulnya kerja ditolak, FL di dapet wkwkwkwkw
BalasHapuscinda pada pandangan pertama nih, ntab!
hahha mungkin begitulah
HapusCinta pandangan pertama. beneran ada?
BalasHapuscuma nafsu doang kali~
hahaha
Yah, kalo lamar kerja gak dapet, yaudah siap-siap buat lamar anak gadis orang langsung aja deh yaa.
hahha aku setuju , mungkin memang itu...
Hapusya mungkin
Iya bisa jadi Gadis Rembulanmu itu kegerahan di kantor, jadi cuma berpakaian kayak gitu waktu kamu datang.
BalasHapusDuh itu, kenapa kamu nggak datang aja lagi untuk kedua kalinya? Minta nomer hp, wkwkw
Waah cinta pada pandangan pertama. Semoga dipertemukan lagi agar ada pandangan-pandangan kedua dan seterusnya ya, Mae. Hehee
coba aku kenal ama dia pasti aku suruh telepon kamu,hehe
BalasHapusBahahaha nggak bisa ngebayangin masuk ke kantor masih pake helm trus dikira maling. Untung hal itu nggak terjadi.
BalasHapusItu seriusan kamu jatuh cinta sama dia? Atau sama lengannya? Muhae, kamu harus ke kantor itu lagi. Nyatakan cinta pada lengan mulusnya. Huahahaha :D
Belum oi belum bahagia itu.
BalasHapusKalo ketemu lagi trus diajak kenalan dan cewe itu udah punya suami gmna man?
Uwuwuwuw niatnya ngelamar kerja, tapi jatuh cinta pada pandangan pertamaaa~ jackpooot, sikat atuh man :3
BalasHapusJadi ada pandangan pertama dan pandangan selanjutnya yaaa biar jadi cinta hahaha
BalasHapussepertinya kamu sedang menceritakan mantanku
BalasHapusya sepertinya semua wanita mantanmu bang
Hapus