Ketikaku di Bus



Aku tertatih-tatih berjalan di atas bus yang baru saja kunaiki, entah kenapa sopirnya sangat ngebut, mungkin dia sedang melakukan aktifitas semacam balapan liar dengan bus lain, atau mungkin dia bahagia melakukan itu, seolah-olah itulah tujuan hidupnya, mungkin jika sedang sendirian berada di dalam bus dengan bangga sopir itu akan ngebut sambil berteriak, "aku raja jalanan!" "aku pandai ngebut!", "aku ngebut dengan kendaraan besar!", "makan asap knalpotku dasar pecundang!", "ngebut adalah nama tengahku!", ya... atau semacam itulah, sedangkan orang-orang yang duduk di kursi penumpang berusaha membenarkan posisi pantat yang setiap saat bergerak sambil berdoa ke tuhan masing-masing, menyebut nama tuhan dan terkadang sedikit mengumpat bagi yang ahli umpat, kalau penumpang hanya agak religius atau semacamnya mungkin akan sangat membingungkan, mereka akan mengumpat sekaligus menyebut nama tuhan, dan berdoa tentu saja, sehingga sulit membedakan orang itu sedang apa, mengumpat kepada tuhan karena doanya tak terkabulkan? atau apa?

Aku duduk di kursi sisi bus yang berjumlah 3 kursi, di samping kananku seorang gadis duduk menghadap jendela, tanpa memerdulikanku yang terpisah satu kursi darinya, bahkan ketika aku baru saja duduk di sampingnya, ia juga tak peduli, ah iya memang aku bukan siapa-siapanya, bahkan aku tak mengenalnya. Jadi kenapa dia harus peduli? dan kenapa juga aku harus peduli? Membingungkan.

Seharusnya tadi aku menyapanya dengan senyum atau apalah ketika baru saja aku meletakkan bokongku di kursi, tapi sayang dia tak menengok sama sekali, dia terlalu sibuk dengan jendela di sampingnya.

Aku melihatnya dan mengamatinya sedang terpaku dengan jendela, entah apa gerangan yang ada di luar sana yang membuatnya betah untuk menatap jendela, dia membuat aku penasaran, membuatku berusaha menerka-nerka apa yang dia lihat, aku mencoba melihatnya, tak ada apapun selain jalan yang terlihat bergerak begitu cepat, aku bosan melihat jalan yang begitu cepat berlalu, terkadang bukan cuma menunggu terlalu lama yang membosankan, sesuatu yang begitu cepat seperti jalan itu membuatku merasa ingin muntah, aku harap aku tak mabuk perjalanan lagi, terakhir aku ingat itu terasa sangat menggelikan.

Aku mengalihkan pandanganku ke layar kaca yang digantung di atas langit-langit bus bagian depan, aku juga merasa bosan di sana, menonton film tanpa bisa mendengarkan dialognya karena terganggu suara bus serta lalu lintas itu sama saja seperti menonton film bisu.

Aku mengambil telepon genggamku, memakai headset ke telingaku, suara petikan gitar mulai terdengar memasuki telingaku, lagu mulai mengalun membenamkan semua suara bising menyebalkan, Adelaide Sky, lagu kesukaanku--aku berharap bisa ke sana suatu saat, sembari mendengarkannya aku melihat lagi kearah gadis di sampingku, ia masih menatap ke luar jendela, i need to know on your mind, aku ingin tahu apa yang ada di dalam pikiranmu, apapun itu, kenapa kau terus melihat keluar jendela? Apakah kau tak pusing melihat jalan yang terus bergerak? Apakah kau memang sengaja melakukan itu agar tertidur? Biasanya yang membosankan itu yang membuat mengantuk, kalau benar begitu mungkin seharusnya aku menyuruhnya melihat ke arahku, percayalah kau akan bosan.

Tanpa sadar aku memandangi gadis itu terus menerus, sampai aku sadar kalau lagu Adelaide Sky telah berganti lagu, Can You Feel My Heart milik Bring Me The Horizon, perubahan yang sangat drastis, tapi tetap saja melow, yang jelas aku tahu lagu ini sepertinya cocok untukku yang sedang memikirkan gadis itu, aih kenapa pula aku memikirkan gadis yang tengah memandang keluar jendela, apa untungnya? aku hanya penasaran dengannya saja, penasaran dengan apa yang dia lihat.

Aku mencoba memahaminya kenapa aku melihat gadis itu, kenapa aku penasaran dengan gadis itu, pemandangan ini... Kalau di pikir-pikir indah.

Aku terus menikmati pemandangan ini, dan yang aku maksud pemandangan adalah gadis itu, aku tak peduli sebagus apapun pemandangan di luar jendela sana, aku lebih peduli dengan apa yang tengah aku pandangi, yaitu dia, dia gadis berjilbab biru kehitam-hitaman atau apalah warna itu disebutnya, dengan sweater biru, aku lebih suka melihatnya, melihat wajahnya dari samping mengingatkanku ketika aku melihat Dona adik sepupuku, tapi rasa ini beda, ketika aku melihatnya rasanya berbeda, seakan-akan pemandangan gunung yang terbalut kabut pagi yang masih sedikit tersisa itu kalah indah dengan wajahnya. Walaupun hanya melihatnya dari samping, aku dapat sedikit melihat sisi kanan wajahnya, kulit wajahnya yang seputih susu  yang sepertinya tanpa bedak, lekukan hidungnya yang tak terlalu mancung, bibir merah muda yang mungil, setitik tahi lalat kecil di pipi, sungguh sebuah kombinasi yang sempurna untuk sesuatu yang kusebut keindahan.

Aku sama sekali belum melihatnya tersenyum sejak aku duduk di sampingnya berjarak satu kursi, tapi aku sudah tahu pasti jika dia tersenyum pasti akan sangat manis, mungkin manisnya caramel dengan rasa paling sempurna akan kalah dengan senyumanmu, aku tahu itu, aku tahu karena tak tersenyum saja dia sudah manis sekali ketika aku melihatnya dari samping.

Entah sudah berapa lagu aku dengarkan dengan headset ini menemaniku yang terus memandang gadis itu, dan anehnya lagu-lagu itu terus di isi oleh lagu Raisa, padahal ada banyak lagu di daftar putarku,  termasuk lagunya BMTH seperti yang aku katakan tadi, kini Raisa dengan Teka-Tekinya membuatku bertanya-tanya tentang dirinya yang terus terpaku pada jendela.

Aku tersenyum sendiri karenanya.

Aku tahu kenapa dia memandang terus ke luar jendela, mungkin jijik denganku, atau mungkin dia tak ingin aku mengajaknya bicara. Tenang saja, butuh sangat banyak keberanian untukku agar mengajakmu bicara, asal kau tahu saja aku tidak terlalu mudah bergaul dengan orang yang baru saja kutemui, apalagi memulai pembicaraan, tapi aku mudah sekali jatuh cinta seperti saat ini.

Dan kata orang cinta itu buta, aku mengartikan kata-kata itu menjadi semacam berlawanan dengan apa yang biasanya, jadi mungkin aku berani mengajaknya bicara jika dia menoleh ke arahku, dan terpakasa tersenyum ketika aku juga tersenyum dengan paksa. Aku akan berusaha mengajaknya bicara, misal dengan, "Hai, gunungnya indah, ya?" Tapi aku tahu aku tak akan melakukannya, itu kata yang sangat bodoh untuk memulai pembicaran, karena dia mungkin akan mengira sejak tadi aku mengawasi gunungnya, padahal tidak. Ya, mungkin sedikit, tidak... maksudku tak sengaja karena bagian itu berguncang setiap kali ada hambatan di jalan, dan yang aku maksud hambatan bukanlah seekor naga yang tiba-tiba menghadang jalan dengan nafas api.

Aku masih terus memandanginya sampai seseorang memberikanku sebuah makanan atau camilan apalah ini namanya bentuknya cokelat warnanya seperti lingkaran dengan kacang-kacang yang seperti menyembul... aih, lihatlah, aku sampai salah membedakan antara warna dan bentuk, aku yakin ini semua karena pesona gadis itu.

Dia juga di beri makanan itu oleh orang baik itu sampai aku sadar kalau lelaki baik itu adalah seorang pedagang yang menawarakan barang dagangannya, dan sepertinya aku harus berterimakasih padanya, bukan, bukan karena dia memberiku camilan itu, aku tahu makanan itu tidak gratis aku harus membayar untuk makanan itu. Aku harus berterimakasih kepada pedagang itu karena saat gadis itu menerima makanan yang diberikan pedagang itu, akhirnya aku bisa melihat wajah gadis itu dari depan. Dan di tambah senyuman, aku tak menyangka dia akan semanis itu, bahkan makanan yang dia beli itu lebih manis wajahnya yang tengah tersenyum, aku tak menyangka aku bisa melihat anugerah yang diberikan kepada gadis itu dan aku juga tak menyangka aku harus benar-benar mengucapkan terimakasih kepada si penjual, aku memberikan kembali makanan manis itu sambil bilang "terimakasih mas."

Aku tak perlu membeli makanan itu, aku sudah mendapat sesuatu yang lebih manis, yaitu senyum gadis itu.

Tapi sayang itu hanya sesaat, gadis itu segera kembali dengan jendela di sampingnya, tapi kini ia sambil mengunyah makanan itu, sesekali melihat rahangnya yang bekerja juga membuatku semakin penasaran melihatnya, sehingga membuatku melamun terlalu lama karenanya, bahkan sampai makanannya habis.

Tanpa kuduga, dia akhirnya mengalihkan lagi pandagannya dari jendela itu, dia mendongak ke atas sambil mengendus, kemudian sedikit mengalihkan pandagan kearahku, aku berusaha menggunakan momen itu secepatnya, aku mencoba tersenyum, tapi dia segera berbalik lagi ke posisinya semula  melihat ke luar jendela, dan beberapa detik setelah itu dia menutup hidungnya dengan jilbabnya seolah-olah dia mencium bau sesuatu, sedikit demi sedikit aku juga mencium bau aneh itu, aku tak tahu bau apa ini, yang pasti sangat tak enak, aku mencoba mencium bau badanku, jaketku, tak ada, hanya bau pewangi kemarin sore saja yang membekas, aku sempat mengira itu bauku dan itu yang membuatku takut Ä·alau dia tak mau bicara denganku karena itu.

Tapi aku yakin kalau dia juga percaya itu bukan bauku. Bukan bauku. Sudah kita lupakan saja bau itu, aku tak punya penutup hidung seperti dia yang menggunakan jilbabnya, aku hanya menggunakan tangan, tadinya aku ingin menggunakan headset yang tengah aku pakai di telingaku kualihkah ke hidungku, tapi aku yakin dia pasti akan menyangkaku sebagai orang aneh yang tak waras, tapi jika benar begitu aku akan membantahnya itu semua karenamu, aku tak waras karenamu, kau tahu aku jatuh hati padamu, aku terpikat pada parasmu, aku tersihir dengan lamunanmu, aku terkagum pada pandanganmu, caramu melihat dunia (atau mungkin jendela), kuharap kau tahu... aku jatuh hati padamu, mungkin aku tak bisa mendapatkanmu, tapi aku ingin terus berada di sisimu, aku ingin duduk terus di sisimu... ya setidaknya sampai kau turun di tujuanmu.

Tapi sayang takdir berkata lain, aku harus turun lebih dulu darimu, kau tetap duduk sambil terlelap memejamkan mata--entah sejak kapan, aku tak tahu ke mana tujuanmu, tadinya aku ingin membangunkanmu, mungkin saja tujuanmu sama denganku, tapi sayang aku tak melakukannya, aku takut mengganggu mimpi indahmu, aku takut kalau kau mengira aku melakukan kejahatan padamu, tapi kalau mengambil fotomu di anggap kejahatan, mungkin aku memang melakukannya, aku melakukannya saat kau terlelap sebelum aku turun, sampai jumpa lagi, seandainya ada kata lagi untuk kita.



Hanya itu yang aku dapatkan, fotomu  dengan kualitas buruk karena gak fokus dan tergesa-gesa.

Komentar

  1. Ya Allah.. tuh orang pasti risih diperhatiin mulu..

    Wajahnya putih susu dengan tai lalat dipipinya...

    Kayaknya memperhatikan betul bahkan saat ada guncangan si jalan ada sensasi sendiri ya..

    Pedagang yang sungguh baik bisa memalingkan wajah gadis itu dari jendela.. :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahah biarlah, aku tak peduli,,, ya menmang begitulah orang yang sedang tertarik kepada seseorang, dan aku sudah mengucapkan trimakasih pada pedagang itu

      Hapus
  2. Masih aja ngambil fotonya
    Pasti dy seneng tuh duduk bareng lu
    Mungkin dy malu2 duduk sama lu
    Orang mahkenalan
    Terus ajak nikah langsung

    Ongkos naik busnya berapa?

    Pasti pas u turun duluan
    Dia sedih udah keilangan orang yg daritadi memperhatikannya

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha ya mungkin gitu, au ah gue lupa,

      Hapus
  3. Wow kenap akamu tertatih dalam bus ??? kayak habis nguli 7 hari 7 malam aja hehehehe

    BalasHapus
  4. kenapa gak langsung kenalan aja sih, jadi gemes bacanya :|

    BalasHapus
  5. harusnya kamu ngasih memo di dia, selipin ke dekat tangannya hahahahha

    BalasHapus
  6. Mengapa cuma diperhatikan
    Tidak dikagetkan
    Siapa tahun gadis itu tertawan
    Denganmu yang agak tampan

    :D

    BalasHapus
  7. Well kadang memang sulit untuk memulai pembicaraan dengan seseorang yang hanya dengan memandangnya saja bikin kita kehabisan kata-kata dan malah menjadikan kita jatuh cinta sejak dalam pikiran...

    BalasHapus
  8. Suka banget nih merasakan hal serupa. Kalau bertemu lawan jenis yang sekiranya membuat degup jantung lebih kencang pasti efek sampingnya bingung mau bertutur kata apa ya kalau berhadapan langsung.
    Lucu lucu gimana gitu ih baca tulisan sama bayanginnya haha.

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya begitulah... ini memng bertujuan membuat orang penasaran dan gemes serta mengumpat di dalam hati

      Hapus
  9. Buahaha. Gue juga suka tuh lagu Adelaide Sky. Lagu yang lumayan lama dari Adhitia Sofyan.
    Gue geregetan gitu, kenapa nggak kenalan? Hahaha.

    Anjir, sempet-sempetnya sebelum turun motret dia. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. itu memang tujaunnya membuat semua gregetan hahaha.
      ya begitulah hidup kita harus berani memotret

      Hapus
  10. Hmm sikat aja brader kalau didiemin kan sayang. Ahi hi hi.

    BalasHapus
  11. wah, ini candid by stranger yak. seharusnya lo kenalan, atau enggak nebar kartu nama. masukin secara diam-diam kedalam tasnya mungkin atau semacamnya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. ketika masukin sesuatu kedalam tasnya nanti kalau dia sadar gue dikiram mau ngambil sesuatu dari tasnya

      Hapus
  12. ditunggu bro kualitas HD nya hahahay

    BalasHapus
  13. kamu laki bukan sih? kenapa ga kamu ajak nikah aja. hehehe
    terima kasih. bhay

    BalasHapus
  14. Cieeee Muhaeeee hahaha.
    Itu kenapa difoto? Kasian si mbak-mbaknya :(

    BalasHapus
  15. Haha, baru tau aku ada org yg jatuh hati hanya gara2 sebangku di bus. Tp klo aku jd mbak2nya sih risih jd kyaknya diperatiin bgtu._.
    Dia gak nengok2 mgkin lelah atau lg galau~ Haha
    Hrsnya kamu cari perhatian aja, jatohin apa kek gtu biar diambilin sama dia, mata kalian saling bertemu, tangan kalian tak sengaja bersentuhan karna ingin mgambil barang trsebut... Dan... Kenalan. Asli, ftv banget ini yak :'D

    BalasHapus

Posting Komentar

"Berkomentarlah." begitu kata Jackh Linborginh