Sang Penjaga

Beberapa hari lalu aku membahas tentang fashion, dan sekarang aku akan membahas lagi  oh sepertinya tidak  lebih tepatnya aku akan bercerita tentang kejadianku memakai pakaian yang aneh.

Semua itu dimulai ketika berangkat futsal, aku biasa futsal seminggu sekali  walaupun aku tidak benar-benar bisa futsal dengan baik dan benar, hanya untuk olahraga sederhana saja  dan saat itu aku berangkat tidak pakai seragam futsal atau jersey sepak bola atau yang sejenisnya, aku memakai celana panjang hitam berbahan kain biasa seperti yang dipakai anak SMA dan sandal jepit biru yang sudah usang, untuk atasan aku memakai kaos berwarna biru laut berlengan panjang yang di belakang bertuliskan alamat serta nama toko bangunan, di depan ada logo huruf MJ, yang artinya Makmur Jaya. Ya, aku mendapat kaos ini dari toko bangunan ketika ayahku membeli seperangkat alat bangunan, dan aku rasa bahan kaos ini sama dengan bahan jersey sepak bola, jadi aku anggap saja ini sebagai jersey bola, kalau kau tak setuju aku tak peduli. Kata seorang filsuf dari Latvia, lebih baik aku pakai ini daripada jersey kw. Yeah, walaupun aku terlihat seperti gembel sih.

Waktu itu kami sampai sana jam setengah satu siang, sementara jadwal kami jam satu siang, jadi di sana masih ada yang main, kami nonton disana sambil memanfaatkan internet gratis, hampir semua temanku memakai seragam futsal kami, dan ada juga yang makai jersey kesayangannya dan akulah yang paling beda, yeah aku terlihat mencolok dan aku terlihat makin keren (dalam artian buruk) ketika aku memasukkan kaosku ke dalam celana, otomatis kau bisa membayangkan sendiri seperti apa.

Karena tempat futsal ini merangkap tempat wisata, kolam renang, serta pemancingan, jadi di hari minggu itu sangat ramai, orang yang mau masuk ke tempat wisata berlalu lalang, motor dan mobil keluar masuk parkiran, terkadang ada orang yang dari parkiran langsung menuju ke tempat futsal untuk ke toiletnya, mungkin saking tak kuantnya menahan hasrat mengeluarkan air seni atau benda lainnya.

Dan kalau itu karena belum waktunya kami, kami hanya duduk di luar lapangan di pintu masuk, aku duduk di atas meja yang seharusnya digunakan petugas, tapi nyatanya tak ada petugas itu disana, biasanya kita harus memanggilnya dulu di ruang staf, tapi mari kita lupakan petugas itu, temanku ada yang duduk di kursi, yang lain bersandar di sembarang tempat, di bawah papan jadwal booking, berdiri berpegangan jaring dan intinya kami nonton sekelompok orang yang sedang menggunakan lapangan.

Kami menonton di sana melihat orang-orang yang ingin pipis di toilet tempat futsal silih berganti keluar masuk, ibu-ibu, adek-adek dan lainnya, ada seorang kakek dan di dampingi oleh orang yang lebih muda, mereka melewati kami dengan permisi karena kami menghalangi jalan sejak tadi, mereka berjalan ke sudut kanan ruangan, letak toilet itu, dan setelah itu sang orang yang lebih muda keluar lebih dahulu, meninggalkan sang kakek, itu artinya orang tadi hanya menunjukkan jalan bagi sang kakek yang kebelet untuk melegakan diri, mungkin, tapi sudahlah, aku hanya berharap kakek tadi tak mengalami masalah.

Ada satu lagi temanku datang, beliau adalah Zainal atau biasa di panggil Kadal, ia tak berpakaian futsal atau apalah, ia berpakaian sama sepertiku, bedanya Kadal terlihat lebih baik, ia memakai celana jeans, dan kemeja berlengan panjang, serta topi bertuliskan {BURGERKILL}, melihat dandanannya sekilas mungkin lebih mirip manajer atau pelatih kami, andai kami punya pelatih atau manajer, tapi karena topi yang ia pakai mungkin ia lebih seperti metalhead yang ingin nonton konser tapi malah nyasar ke tempat futsal, ia langsung menonton sama seperti yang lainnya.

Beberapa saat setelah itu, kakek yang tadi ke toilet sepertinya telah selesai dengan urusannya, sepertinya ia cukup lama karena ia buang air besar, dan mungkin volumenya juga cukup besar, kakek itu berjalan sambil bergumam tak jelas sendirian, ia mengusap-usap telapak tangannya yang agak basah ke celananya, ia merogoh ke saku belakangnya mengeluarkan dompet, kemudian berhenti dan berdiri tepat di depanku yang sedang duduk di meja dengan kaki yang kunaikkan ke meja, kakek itu bilang "Airnya tinggal sedikit, Mas, sulit." Sambil mengambil uang dua ribu yang ada di dompetnya kemudian menjulurkan tangannya kepadaku.

Sontak aku kaget dan bingung "enggak pak  anu  "

Temanku yang lain berkata di belakangku "Eh gak usah pak, gak usah."

Yang lain tertawa, yang lain menimpali, "Gak dibuka sih krannya."

"Enggak usah, Pak, gratis." Kataku. Aku tertawa karena di tertawakan, itu cara terbaik untuk menghindari malu.

"Oh..." bapak itu berlalu sambil memasukkan dompetnya kembali ke dalam sakunya, aku melihatnya dari belakang ia seperti mencium-cium tangannya, mungkin karena air yang sedikit dan gak ada sabun buat cuci tangan.

Ya, gila, begitulah, aku disangka sebagai penjaga toilet, merdeka.

Entah kenapa aku yang disangka sebagai penjaga toilet, padahal aku duduk di sana berdekatan dengan Kadal yang juga berpakaian kurang lebih sama dengan apa yang aku pakai, apa mungkin mukaku terlihat lebih mendukung untuk berperan sebagai penjaga toilet betulan? Kalau memang begitu, mungkin ada kakak sutradara yang butuh pemeran penjaga toilet yang bisa berakting seperti profesional, aku mau, gak papa walaupun scenenya cuma beberapa detik, aku rela. Mungkin auraku memang seperti itu Penuh dengan aura mistis toilet? Ini menggelikan sekali.

Tapi, setelah itu ketika sudah waktunya kami bermain futsal, aku menunggu di tempat duduk yang disediakan bagi pemain, sambil berfikir, sepertinya prospek sebagai penjaga toilet di situ lumayan juga,  daripada aku hanya menganggur, aku bisa duduk di sana seharian menonton futsal sambil menjaga WC agar airnya penuh supaya tak ada lagi orang yang protes "Airnya gak ada, Man."

Dengan duduk di kursi yang tak pernah di pakai penjaga  karena mereka selalu berada di ruang staf  dalam sehari mungkin aku bisa meraup ratusan ribu hanya dengan duduk sambil internetan memanfaatkan wifi gratis. Banyaknya pengunjung kolam renang yang mau masuk ke sana, dengan prosentase 10 persen untuk pengunjung yang baru datang dan kebelet pipis, serta 10 persen pengunjung yang keluar dari sana ingin pipis, mungkin aku bisa mendapatkan...

Taruhlah misalkan rata-rata pengunjung di hari biasa sekitar 300 orang, kalau di bagi 20 persen itu artinya akan ada 60 orang berkunjung ke toilet yang aku jaga, kalau aku kenakan 2000 rupiah per kunjungan, aku bisa mendapat 120 ribu per hari, tanpa berbuat apa-apa, plus aku bisa mendapat wifi gratis, itupun baru peluang hari biasa, bagaimana kalau hari libur? WOOOW, pasti pengunjung membludak, aku akan mendapat lebih banyak, WOOW, belum lagi di tambah orang-orang yang bermain futsal, oh tidak, jangan libatkan orang-orang yang bermain futsal. Mungkin lebih baik aku bertanya kepada orang yang ingin melegakan diri "Apakah Anda ingin poop? Biaya poop dua ribu, tapi Anda bisa mendapat fasilitas wifi gratis sambil berpoop ria dengan menambah seribu lagi, gimana?"

Aku yakin pasti mereka akan menjawab, "Melegakan diri sambil online, wow, kenapa tidak? Baiklah aku pilih paket itu."

Itu sangat keren, bukan?

Prospek bisnis yang bagus, tapi sepertinya ada kelemahannya, yaitu: tempat itu bukan milikku. Jadi, itu artinya mungkin aku harus bernegosiasi tentang penjagaan toilet yang baik agar air selalu penuh, oh tampaknya itu akan beresiko tinggi kalau aku izin dulu, mereka akan minta sebagaian hasil yang aku dapatkan, kemudian hasilku berkurang, kalau aku tidak izin, resikonya lebih tinggi, kalau ketahuan menarik upah dari para pengguna toilet, aku bisa di laporkan ke polisi oleh tuan tanah. Jadi, kesimpulannya aku tak akan menjalankan bisnis ilegal ini.

WOW, keputusan yang bijak.

Daripada melakukan hal aneh seperti itu, lebih baik aku mencari kerja saja, lebih-lebih kalau aku bisa bertemu seseorang seperti gadis rembulan kemarin, WOW, setidaknya ini cukup sebagai pengalaman saja, semoga tak ada yang memanggilku "Sang Penjaga Toilet", "Toilet Man", atau serba serbi toilet lainnya.

Pesan moral dari sang kakek: dari kejauhan ia melambaikan tangan kearahku seolah ingin terlihat keren, sambil terus berjalan dengan suara ala seorang filsuf ia mengatakan sebuah petuah "Kalau kau tak ingin dikira sebagai penjaga toilet, setidaknya, jangan kenakan pakaian seperti itu ketika kau berada di radius 15 meter dari toilet umum."

Petuah yang sangat bijak, ini membuatku mengingat betapa pentingnya sebuah pakaian.


Tamat. Semoga kau hidup bahagia selamanya.

Komentar

  1. Cocok
    Huahuahua
    Coba kalo kakek2nya ngasih 100ribu pasti diambil tuh
    .
    Mending buat bisnis toilet online
    Jadi siapa yg mau buang air tinggal pesan
    Enakkan

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya pasti aku ambil tanpa malu...
      ya buang air secara digital mungkin

      Hapus
  2. Anjir disangka penjaga toilet wkwkwk mungkin itu bisnis yang cocok buat lo di masa depan. Eh.

    BalasHapus
  3. Buakakakakak itu lah yg kau dapat krn lebih memilih kaos toko material dibanding jersey KW

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya itulah ganjaran yang harus saya terima

      Hapus
  4. Buakakakakak itu lah yg kau dapat krn lebih memilih kaos toko material dibanding jersey KW

    BalasHapus
  5. Haaaa siapa tahu besok jadi juragan yang punya anak buah jaga toilet :-D

    BalasHapus
  6. Lg buang aer volumenya napa kudu dijelasin, wkwk
    Ohhhhhhh nama panggila temennya lucu bedd ...kadal

    BalasHapus
    Balasan
    1. hah aku gak sengaja kak... iya memang seharusnya begitu kayaknya

      Hapus
  7. Muhai serius filsuf dari Latvia ngomong gini: daripada jersey kw... hehehehehehehehehehe :)

    BalasHapus
  8. Tapi gapapalah, berkah kok buat lu... selama lo nyaman ya jalani aja wkwkwk

    BalasHapus
  9. Lha itu kenapa Zainal bisa dipanggil kadal sih -_#

    Bisnis toilet emang nguntungin banget ya kayaknya hahaha

    Kakek nyium tangannya diihh.. kali masih bau gegara kekurangan air -_-

    BalasHapus
    Balasan
    1. mungkin karena sama sama berakhiran L, aku juga gak tahu kenapa...
      hahha tapi kalau ilegal gak untung nanti...
      mungkin dia suka aromanya

      Hapus
  10. bang sumpah ane spontan ngakak pas baca yang ini "ketika aku memasukkan kaosku ke dalam celana, otomatis kau bisa membayangkan sendiri seperti apa"

    anjay di sangka penjaga toilet, tapi emang bener sih di baca dari ceritanya aja saya kira elu itu penjaga toilet beneran sob wtwtwtwtwtwtwt

    BalasHapus
  11. Ini seriusan main futsal pake pakean gitu. Keren. Anda sangat pemberani. Salut

    BalasHapus
  12. Cara berpakaian seseorang selalu jadi faktor utama yang mempengaruhi penilaian orang lain terhadap diri kita, hahah. Selamat ya, disangka penjaga toilet sama kakek itu wkwkw.

    BalasHapus
  13. Hahaha bisnis toilet, bisa dijadikan contoh nih. Ceritanya kok bisa segitunya ya.....

    Salam

    BalasHapus
  14. Hhaa keren ttuh sob futsal pake pakaian kaya gtu :D gue aja yang udah lama main futsal gak pernah pake pakaian kaya gtu :D wkwkwk

    BalasHapus

Posting Komentar

"Berkomentarlah." begitu kata Jackh Linborginh