Yuk Serumah Saja

“Kalau sampai Jakarta nanti, carilah kost yang lingkungannya baik,” kata Bapak, “yang dekat dengan masjid, yang ada eskalatornya, tapi kalau enggak ada juga enggak apa-apa, kumpul lah dengan orang-orang yang religius, tapi jangan terlalu religius, jangan terlalu fanatik, tapi jangan juga berkumpul sama orang yang berandalan pakai anting-anting di perut atau sebagainya, jauh-jauh kau dari lingkungan seperti itu, dan ingat, jangan sampai kau bikin tato, Bapak tak suka itu.” “Tapi kalau tato gambar ular boleh enggak, Pak?” “Tetap enggak!” Bentaknya “Lihat Bapak, walaupun bapak preman, Bapak tidak bertato, kan?...” Dan nasehat itu terus berlanjut. Pertama kali aku merantau ketika baru lulus dari SMA sederajat, aku langsung pergi ke Jakarta dengan nasehat seperti itu, dan aku bisa bilang, kalau di sana aku belum tahu sama sekali keadaan kota Jakarta, aku buta akan peta di sana, dan juga enggak punya GPS atau semacamnya, yang aku punya hanyalah secarik kertas berisikan alamat y...